Kampusku

Kampusku
Man Jadda Wa Jadda Barang Siapa Yang Bersungguh-sungguh Maka Ia Akan Sukses. Selamat Mengukir Kesusksesan Anda Bersama Kami

Jumat, 18 Juni 2010

Merangkul Anak Lewat Komunikasi Positif


Merangkul Anak Lewat Komunikasi Positif


Bulan Nopember tahun 2008 ada berita yang membuat saya miris. Ada penilaian yang cukup mencengangkan mengenai perkembangan Balita di Kota Bandung. Hasil salah satu Workshop yang digelar di Bandung menyebutkan bahwa 30% Balita di Kota Bandung berpotensi tumbuh dengan IQ rendah karena mengalami masalah perkembangan.

Penyebab utama gangguan tersebut adalah kurangnya stimulasi dari orang dewasa di sekitar balita tersebut. Selanjutnya Dr. Kusnandi Rusmil, dr., Sp.A(K), M.M., salah satu pembicara dalam acara Workshop tersebut mengatakan, ada tiga faktor yang memengaruhi perkembangan anak, yaitu genetika (keturunan), lingkungan, dan stimulasi.

Lebih lanjut Dr. Kusnadi menekankan pentingnya stimulasi yang baik dari orang dewasa. Misalnya, membiasakan diri berbicara dengan anak sejak lahir dan mengajak anak bermain aktif sehingga anak selalu ingin tahu dan belajar (Pikiran Rakyat/2/11/08).

Tanpa mengenyampingkan arti penting faktor keturunan (genetika), perkembangan anak ditentukan oleh lingkungan dan stimulasi, hal ini erat kaitannya dengan jalinan komunikasi yang terjadi antara orang tua dan anak. Dr Glenn Doman dalam The Gentle Revolution telah melakukan penelitian yang dilakukan pada anak cacat mental (saat lahir memiliki IQ di bawah 70). Ia menyediakan waktu setiap harinya untuk bermain, berbicara, bercerita, menunjukkan gambar dan berbagai informasi kepada mereka dengan sabar dan tekun. Hasilnya sangat luar biasa! Kegiatan komunikasi yang dilakukannya pada anak cacat mental yang berusia 2 dan 3 tahun telah menjadikan anak-anak ini mampu berpikir dan berbuat seperti layaknya anak-anak yang lahir normal. Melalui penelitiannya inilah lantas Dr Glenn berpikir jika semua aktivitas komunikasi yang diberikannya tersebut diberlakukan pada anak-anak yang ber-IQ normal hasilnya tentu akan sangat luar biasa!

Kenyataan ini menunjukkan bahwa komunikasi positif – verbal maupun non verbal – yang dilakukan orang dewasa terhadap anak akan berpengaruh pada kemampuan aktualisasi anak. Jika sejak dini anak sudah sering diajak dialog, berdiskusi, bercerita, dan dibiasakan untuk berani mengungkapkan isi hatinya, maka kepercayaan diri anak akan tumbuh. Tidak akan ada rasa sungkan, canggung, dan takut lagi pada diri anak untuk bersikap terbuka kepada orang tuanya. Jika keterbukaan anak dan orang tua sudah terjalin dengan baik, maka diharapakan akan mendobrak kekakuan, kebekuan serta kebuntuan interaksi orang tua dan anak yang akan sangat menghambat perkembangan anak di kemudian hari.

http://www.geocities.com/islamdotorg/muslim_children_in_south_africa.jpg



Berikut ini, ada 5 langkah menciptakan komunikasi positif orang tua dengan anak yang mudah-mudahan bermanfaat:

1. Landasi Komunikasi dengan Penghargaan
Dalam Islam, sikap menghargai pendapat anak telah diajarkan dan bahkan telah dipraktekkan pula oleh Rasulullah SAW sebagaimana terlihat dalam sebuah Hadist yang diriwayatkan oleh Sahal bin Sa’ad r.a.:
“Rasulullah SAW diberi minuman, dan beliau minum sebagian. Di sebelah kanannya duduk seorang anak, dan di sebelah kirinya beberapa orangtua. Rasulullah SAW bersabda kepada anak itu,”Apakah engkau mengizinkanku untuk memberi kepada mereka?.Maka anak itu menjawab,”Tidak, demi Allah. Bagianku yang diberikan oleh engkau tidak akan saya berikan kepada siapa pun.” Maka Rasulullah SAW meletakkan minuman ditangan anak itu. Dan dia adalah Abdullah bin Abbas” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Pakar komunikasi Dale Carnegie mengatakan, rahasia terbesar yang merupakan salah satu prinsip dasar dalam berurusan dengan manusia adalah dengan memberikan penghargaan yang jujur dan tulus. Bahkan menurutnya kebutuhan untuk dihargai ini adalah “rasa lapar” manusia yang tak terperikan dan tak tergoyahkan. Seorang ahli psikologi yang sangat terkenal William James juga mengatakan bahwa "Prinsip paling dalam pada sifat dasar manusia adalah kebutuhan untuk dihargai."

Di samping kasih sayang, anak juga membutuhkan penghargaan. Karenanya hargailah mereka, agar mereka berkembang menjadi orang yang percaya diri dan pandai menghargai orang lain.

2. Bangunlah Kepercayaan
Apa yang akan Anda lakukan saat keluarga dalam keadaan yang “genting”, saat komunikasi tersumbat dan “obrolan” Anda dengan anak Anda tidak pernah mengalir dengan mulus. Sudah saatnya Anda kembali ke dasar hati Anda. Kembalilah ke “nol”. Bahwa esensi komunikasi tidak terbatas "hanya" pada penyampaian pesan dari satu pihak kepada pihak lain saja. Ada hal mendasar yang harus ada agar komunikasi berjalan lancar, yaitu kepercayaan (trust). Sebaik apapun materi komunikasi, sedalam apapun kehati-hatian Anda dalam memilah kata-kata yang tepat bila tidak dilandasi kepercayaan dari Anda kepada anak Anda, maka komunikasi akan menjadi sulit dan tidak efektif.

3. Menunjukkan Rasa Empati
Orangtua yang baik tidak akan menuntut anaknya untuk mengerti keinginannya, tapi ia akan berusaha memahami anaknya terlebih dahulu. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri kita pada situasi dan kondisi yang dihadapi anak. Persiapkan diri Anda untuk menjadi bagian dari anak Anda, membuka dialog dengan mereka, mendengar keluhan serta harapan-harapannya.

4. Jadilah Pendengar yang Baik
Anak akan merasa dihargai, merasa percaya diri dan mengembangkan penilaian positif terhadap dirinya, ketika orang tua menaruh perhatian tidak hanya pada kata-kata yang diucapkannya, tapi juga pada gagasan, keyakinan, kesimpulan, serta perasaan, bahkan ketika pendapat tersebut tidak sesuai dengan pendapat orang tua. Sikap orang tua yang banyak “mendengarkan” anak, membuat anak berani membuat perbedaan tanpa takut dihukum, dilecehkan atau ditertawakan.

Bill Scott secara khusus menyampaikan bahwa kunci pertama untuk mendengarkan efektif adalah konsentrasi yang dibantu oleh kesiagaan (alertness). Kesiagaan mental di bantu dengan kesiagaan fisik – bukan sekedar kebugaran fisik, melainkan juga bahasa tubuh. Mendengarkan anak secara sungguh-sungguh, membuat anak percaya pada orangtua. Hubungan mutual trust, ini membuat anak merasa lebih nyaman berada bersama orang tua. Anak akan lebih memilih ‘curhat dengan orang tua dan siap menjadi “partner” ketika orang tua yang giliran butuh didengarkan. Keadaan inilah yang akan memudahkan Anda membangun kebersamaan di dalam keluarga.

5. Jadilah Problem Solver

Pribadi anak sangatlah unik, dia butuh kawan dan dia butuh pula lawan yang bisa diajak untuk berbagi cerita, yang mau mendengarkan curhatannya dan tempat untuk memecahkan segala permasalahannya. Jadi hanya pribadi problem solverlah yang mampu menjawab semua tantangan zaman sekarang ini. Artinya kita sebagai orang tua harus dapat memahami semua permasalahan anak dan mencarikan solusinya dengan jalan win win solution, tentu saja dengan merangsang anak agar mampu memecahkan solusi masalahnya sendiri, baru kalau tidak mampu maka kita turun tangan membantunya.

Selamat membina hubungan dengan anak anda sebaik mungkin karena sesungguhnya setiap anak dilahirkan dengan keistimewaan masing-masing, mari kita gali dan temukan keistimewaan itu melalaui terjalinnya komunikasi yang efektif dengan anak kita.

Lelaki Peminta dan Sebuah Kapak

Seorang laki-laki dari golongan Anshar datang menghadap Rasulullah Saw. Ia memohon agar Rasulullah Saw memberinya sesuatu untuk dimakan.

“Memangnya, kamu tidak mempunyai sesuatu di rumah?” Tanya Rasulullah.

“Tentu saja ada, wahai Rasulullah. Saya masih mempunyai sehelai kain yang sebagiannya kami pakai dan sebagian lainnya kami hamparkan, serta sebuah gelas besar tempat kami minum air” Jawab laki-laki itu.

Rasulullah kemudian menyuruhnya membawa dan memperlihatkan barang-barang itu kepadanya. Setelah itu, laki-laki Anshar itu membawa barang dan menyerahkannya kepada Rasulullah.

“Siapa yang akan membeli barang-barang ini!” Tanya Rasulullah kepada para shahabat.

Seorang laki-laki berkata, “Aku berani dengan harga satu dirham.”

Rasulullah menimpali, “Siapa yang akan menambah lebih dari satu dirham?”

“Aku mengambilnya dengan harga dua dirham!” Seru seorang shahabat yang lain.

Rasulullah kemudian memberikan dua barang itu kepada penawar terakhir dan mengambil dua dirham itu, lalu memberikannya kepada lelaki Anshar. “Belikan makanan dengan salahsatu dari dua dirham ini, lalu berikan kepada keluargamu dan belikan sebuah kapak tersebut kepadaku.”

Si laki-laki Anshar itu pun bergegas melakukan semua yang diperintahkan Rasulullah Saw. Ia menyerahkan kapak yang baru dibelinya kepada beliau. Setelah itu, Rasulullah Saw memberikan pegangannya, lalu bersabda, “Pergilah dan carilah kayu bakar, kemudian juallah. Aku tidak ingin melihatmu selama lima belas hari!”.

Setelah mengerjakan perintah Rasulullah Saw itu, datanglah laki-laki Anshar itu membawa 10 dirham, kemudian membeli makananan dengan sebagian dari uang itu.

“Ini lebih baik daripada kamu meminta-minta,” Ujar Rasulullah. “Meminta-minta hanya akan menjadi noda di wajahmu pada hari kiamat nanti.”

Sahabat, ada tiga hikmah yang sangat penting dari kisah di atas. Pertama, hindarkan sikap meminta-minta, sebab bisa melemahkan kegigihan jiwa untuk menghadapi hidup ini. Kedua, isilah perut kita dengan hasil keringat kita sendiri agar halal, prestatif; bukan halal karena belas kasihan orang apalagi karena sebel. Ketiga, berani menghadapi risiko psikologis dengan memberikan rentang waktu bersikap gigih, pantang merengek-rengek meminta bantuan (misalnya lima belas hari seperti terapi psikologis yang dilakukan Rasulullah Saw). Wallahu a’lam.

10 Kualitas Kepribadian

DSC00395.JPG10 KUALITAS KEPRIBADIAN BAIK

1. Ketulusan

Ketulusan menempati peringkat pertama sebagai sifat yang paling disukai oleh
semua orang. Ketulusan membuat orang lain merasa aman dan dihargai karena
yakin tidak akan dibodohi atau dibohongi. Orang yang tulus selalu mengatakan
kebenaran, tidak suka mengada-ada, pura- pura, mencari-cari alasan atau
memutarbalikkan fakta. Prinsipnya “Ya diatas Ya dan Tidak diatas Tidak”.
Tentu akan lebih ideal bila ketulusan yang selembut merpati itu diimbangi
dengan kecerdikan seekor ular. Dengan begitu, ketulusan tidak menjadi
keluguan yang bisa merugikan diri sendiri.

2. Kerendahan Hati

Berbeda dengan rendah diri yang merupakan kelemahan, kerendah hatian justru
mengungkapkan kekuatan. Hanya orang yang kuat jiwanya yang bisa bersikap
rendah hati. Ia seperti padi yang semakin berisi semakin menunduk. Orang
yang rendah hati bisa mengakui dan menghargai keunggulan orang lain. Ia bisa
membuat orang yang diatasnya merasa oke dan membuat orang yang di bawahnya
tidak merasa minder.

3. Kesetiaan

Kesetiaan sudah menjadi barang langka & sangat tinggi harganya. Orang yang
setia selalu bisa dipercaya dan diandalkan. Dia selalu menepati janji, punya
komitmen yang kuat, rela berkorban dan tidak suka berkhianat.

4. Positive Thinking

Orang yang bersikap positif (positive thinking) selalu berusaha melihat
segala sesuatu dari kacamata positif, bahkan dalam situasi yang buruk
sekalipun. Dia lebih suka membicarakan kebaikan daripada keburukan orang
lain, lebih suka bicara mengenai harapan daripada keputusasaan, lebih suka
mencari solusi daripada frustasi, lebih suka memuji daripada mengecam, dan
sebagainya.

5. Keceriaan

Karena tidak semua orang dikaruniai temperamen ceria, maka keceriaan tidak
harus diartikan ekspresi wajah dan tubuh tapi sikap hati. Orang yang ceria
adalah orang yang bisa menikmati hidup, tidak suka mengeluh dan selalu
berusaha meraih kegembiraan. Dia bisa mentertawakan situasi, orang lain,
juga dirinya sendiri. Dia punya potensi untuk menghibur dan mendorong
semangat orang lain.

6. Bertanggung jawab

Orang yang bertanggung jawab akan melaksanakan kewajibannya dengan
sungguh-sungguh. Kalau melakukan kesalahan, dia berani mengakuinya.
Ketika mengalami kegagalan, dia tidak akan mencari kambing hitam untuk
disalahkan. Bahkan kalau dia merasa kecewa dan sakit hati, dia tidak akan
menyalahkan siapapun. Dia menyadari bahwa dirinya sendirilah yang
bertanggung jawab atas apapun yang dialami dan dirasakannya.

7. Percaya Diri

Rasa percaya diri memungkinkan seseorang menerima dirinya sebagaimana
adanya, menghargai dirinya dan menghargai orang lain. Orang yang percaya
diri mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan situasi yang baru. Dia
tahu apa yang harus dilakukannya dan melakukannya dengan baik.

8. Kebesaran Jiwa

Kebesaran jiwa dapat dilihat dari kemampuan seseorang memaafkan orang lain.
Orang yang berjiwa besar tidak membiarkan dirinya dikuasai oleh rasa benci
dan permusuhan. Ketika menghadapi masa- masa sukar dia tetap tegar, tidak
membiarkan dirinya hanyut dalam kesedihan dan keputusasaan.

9. Easy Going

Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka
membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-
masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir
dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah
yang berada di luar kontrolnya.

10. Empati

Empati adalah sifat yang sangat mengagumkan. Orang yang berempati bukan saja
pendengar yang baik tapi juga bisa menempatkan diri pada posisi orang lain.
Ketika terjadi konflik dia selalu mencari jalan keluar terbaik bagi kedua
belah pihak, tidak suka memaksakan pendapat dan kehendaknya sendiri. Dia
selalu berusaha memahami dan mengerti orang lain.